Menuliskan Kata

Sudah sangat lama rasanya meninggalkan dunia tulis-menulis. D alam hal ini, menulis tentang segala hal yang ku alami, yang kurasakan, bahkan hal yang orang lain rasakan tapi ingin aku tulis. J adi, aku memutuskan untuk kembali pada dunia yang menurutku paling mudah untuk menyalurkan beberapa hal yang ada di dalam isi kepalaku. Jika aku menceritakannya kepada orang lain belum tentu akan didengarkan, maka “menulis”nya dapat membuatku merasa sedikit lebih ringan. Yaah... Walaupun tidak seringan berat badanku yang kata orang-orang, dibawah rata-rata. Tapi sejujurnya aku suka diciptakan dengan bentuk seperti ini. Walaupun terkadang minder menghampiriku. Sukanya karena berada di antara orang-orang tinggi akan membuatku terlihat awet muda, sering disangka anak sekolahan tapi ternyata sudah menjadi anak kuliahan. Mindernya karena aku kuat sekali makan banyak tapi berat badanku begitu-begitu saja, kadang yang membesar hanya di bagian pipi saja. Mari kita tinggalkan ten

Hari ini aku menonton Thor: Ragnarok, film yang sudah lama aku nanti-nantikan. Anggap saja film ini sudah tayang selama sebulan di bioskop tetapi aku baru ada waktu untuk menontonnya. Jika harus jujur, sebenarnya bukan masalah waktu, aku begitu sulit mencari teman menonton untuk film ini. Sebagian besar dari teman-temanku tak suka menonton film Superhero, beberapa temanku lebih suka menonton film yang diproduksi oleh negara tercinta, Indonesia dan beberapa teman lainnya tak suka menonton ‘di bioskop’. Rencana awalnya aku hanya akan pergi menonton bersama temanku, Asrul. Dia akan menonton film Indonesia berjudul “My Generation” bersama Ruri, dan aku sendiri menonton “Thor: Ragnarok”. Tetapi ketika tiba di kampus dengan keadaan setengah basah kuyup, kami berdua bertemu Ruri dan Ikham. Setelah itu, kami menuju kelas untuk menandatangani absen UTS (Ujian Tengah Semester) mata kuliah English For Communication. Aku bertanya kepada pengawasnya, “apa kami boleh menandatangani abs

“We were both young, when I first saw you. I close my eyes and the flashback starts I'm standing there, on a balcony of summer air.” — Taylor Swif, Love Story Regards, —Vinansine A.M

Aku bertanya kepada adikku, “menurutmu bagaimana jika seseorang yang sudah berteman lama denganmu di facebook tidak pernah membaca chat -mu selama empat tahun?” “Apa dia laki-laki?” Tanyanya. Aku mengiyakan. Lalu ia berkata, “itu artinya ia memberi kode keras untuk menjauhinya. Kau menyukai lelaki itu?” Aku mengiyakan lagi. Sambil berpikir sejenak. Ah iya, lagipula pesanku hanya dibalas singkat-singkat saja saat itu, mungkin ia memang tidak suka padaku. Lalu aku ingat lagi dengan pertanyaanku pada adikku beberapa hari yang lalu perihal like yang pertama kali diberikan oleh lelaki itu. “Bagaimana menurutmu, misalnya saja kau berteman dengan seorang lelaki di facebook selama enam tahun, kalian berdua saling mengenal dengan baik. Tapi, ia baru pertamakali memberi like pada post -mu. Apa artinya itu?” Tanyaku lagi. Ia mengatakan, “biasa saja. Mungkin saja post -mu baru muncul di home -nya saat itu.” Padahal hati kecilku sangat berharap dengan like itu bisa sed

Kampus dan Mahasiswa Vinansine Aprilya Marewa Fakultas Ekonomi dan Ilmu-Ilmu Sosial Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Fajar Makassar ... Siapa yang tak kenal kampus? Ditelinga kaum pelajar kampus tidak asing lagi sebab kampus adalah tempat para orang yang terdidik, terlatih dan tentu menjadi sumber rujukan keilmuan. Kaum pelajar ini disebut dengan mahasiswa. Dalam KBBI ditulis bahwa mahasiswa adalah seseorang yang menuntut ilmu di perguruan tinggi. Di dalam dunia pendidikan, status mahasiswa adalah status tertinggi murid di dunia pendidikan. Universitas Fajar Makassar (UNIFA) merupakan salah satu kampus yang berada di kota Makassar. Julukannya adalah Kampus Biru. Disebut Kampus Biru karena gaya arsitektur kampus ini didominasi oleh cat biru. Begitupun dengan warna almamaternya. Banyak pihak yang mengklaim bahwa kampus biru ini merupakan salah satu kampus swasta terbaik yang ada di kota Makassar. Apakah mahasiswanya juga terbaik? Jika dilihat dari kondisi

Ben Sihombing – Sama Sama Menunggu Ku menunggu hujan berlalu (Lama ku menunggu) Pikiranku yang abu-abu (Di dalam hatiku) Tanda tanya tentang dirimu Tanda tanya tentang diriku Yang ku tunggu sandaran hati Dan hatiku Selalu butuh percayakan hatimu Bicara.. Bicara.. Ku menunggu lalunya ragu (Lelah ku menunggu) Sembuh luka manis yang dulu (Ku tahu kau tahu) Ada rasa tentang dirimu Ada rasa butuh dirimu Yang ku tunggu sandaran hati Dan hatiku Selalu butuh percaya penuhkan hatimu Bicara.. Bicara.. Bicara.. Jangan dengan bibirmu ..... P.S : Aku pertama tahu lagu ini dari Joox, ketika mendengar lagu ini aku langsung suka. Dengan musik accousticnya ala-ala 90an, serta lirik lagunya yang dinyanyikan Ben sukses membuatku selalu memutar lagu ini. Aku juga tak lupa, liriknya hampir sama dengan yang kualami saat ini, masih menunggu sandaran hati. Wkwk. Kadang menunggunya membuatku ragu karena sepertinya terlalu lama. Tapi dengan menden